Euforia

by - June 15, 2012


Aku hidup di dunia ini sudah 15 tahun, 9 bulan, 14 hari ketika tulisan ini diketik. Dan dalam kurun waktu itu, aku sudah mengalami berbagai macam hal. Mulai dari yang menyenangkan, menyedihkan, memilukan, mengharukan, dan lainnya. Salah satu yang mengharukan baru saja kualami tadi siang, di sekolah. Tak peduli entah kalian bilang aku alay tau apapun itu. Tapi ya so what getoh lhowh.

Hari ini hari terakhir Ujian Kenaikan Kelas. Ketika berakhir, setiap anak berburu guru mereka masing-masing agar mendapat kepastian tentang remidi. Termasuk kelasku. Euforia dari pengumuman remidi itu besar sekali. Aku tak kaget ketika melihat namaku ada dalam daftar siswa yang remidi Biologi haha.

Sekitar pukul 12.30 aku ada rakor Cemol 2012 di koridor kelas 10. Rakor itu memakan waktu 30 menit, dan setelah itu aku pergi ke kantin dimana teman-temanku berkumpul sambil menunggu hasil ujian. Dari kejauhan hanya terlihat Faizal yang pada jarak kira-kira 4 meter berteriak, “Din sangar kamu gak remidi Fisika!” HAH?!?! Setelah mendengar kata-kata Faizal, aku berlari. Faizal menyerahkan secarik kertas yang isinya

“Tidak remidi fisika. 1, 4, 6, 10, 15, 16, 17, 22, 30”

“ALHAMDULILAAAAAAAAAAH, Allahuakbar!!!!!”

Berita itu bagaikan  hujan di kala kemarau panjang *asli alay*. Asal kalian tahu, dari awal kelas 10, Fisika masuk dalam daftar terdepan pelajaran yang ditakuti oleh kelas X-8. Bagaimana tidak? Pelajaran yang dari sananya sudah susah ini ditambah susah lagi dengan soal-soal Pak Cho ketika ulangan. Ada yang tidak setuju mungkin….? Jadilah tiap ulangan harian sampai semester 2 ini, tak ada yang lolos dari remidi. Mungkin hanya satu anak. Itupun tidak tiap ulangan.

Dan, aku adalah tipe orang yang seperti ini: kalau ketinggalan pelajaran (karena tak masuk sekolah misalnya), aku  malas  mengikuti pelajaran tersebut di pertemuan selanjutnya. Gak mudeng sih. Selalu ada yang ngganjel kan, soalnya ada sesuatu yang memakai apa yang udah diajarkan waktu aku tak masuk itu. Solusinya apalagi  kalau bukan mengejar ketertinggalan itu. Nah, kesalahan fatal yang aku lakukan dari semester I maupun II ini, aku tak kunjung belajar-belajar untuk mengejar ketertinggalan itu. Parahnya, bahkan  sampai H-1 sebelum mata tersebut di-UAS-kan!

Pelajaran Fisika dan Kimia adalah cerminan apa yang telah aku uraikan di atas ketika semester I dan II. Jadilah ketika jam pelajaran dua pelajaran tersebut, selalu menjadi waktu ‘Membatin dalam Hati’. Karena aku pasti ngedumel “duh cek suwene se, ndang bel po’o”. Sambil mbatin seperti itu, tekad untuk belajar mengejar ketertinggalan juga menjadi besarrrr sekali. Tapi, tak pernah terealisasikan T.T Sepanjang pelajaran aku hanya corat-coret di kertas, pura-pura mengerjakan, sambil sering kali keluar kelas untuk membuang sampah ahaaaaha -_-

Tapi sehari sebelum ulangan Fisika, entah mendapat ilham dari mana, aku merasa semangattttt sekali untuk belajar dari bab pertama dengan benarrrr. Sangaaat benaar.

3 buku fisika kupelajari. Tak hanya itu, aku juga belajar soal-soal dari internet yang sejenis soalnya Pak Cho. Ternyata aku bisa! Bisa pek bisa! :’) Aku sangat menyesal karena tak belajar dari dulu. Bahkan, tak bermaksud sombong, aku bisa mengerjakan soal tipe Pak Cho, walaupun tak semua. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam saat itu. Subhanallah.

Aku tidak di kelas ketika pengumuman remidi Fisika. Kalau tidak salah, ada event Cereal saat itu. Sekembalinya ke kelas ada anak yang bilang, “Din kamu gak remidi fisika peekkk!” aku tidak percaya sama sekali. Tapi ternyata itu benar ketika aku memastikan ke teman-temanku yang lain. Subhanallah lagi.
Ini lho rek. Aku mendapatkan wujud dari quote yang sering kudengar dan kuanggap normatif. Tapi saat itu aku baru memahami betul artinya.
Jika ingin berhasil dan mencapai sesuatu, berusahalah dengan benar-benar sungguh-sungguh sekali.”

Udah benar-benar- sungguh-sungguh, sekali sisan. Tapi ya memang begitu adanya. Jika sudah berusaha sangat keras, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan, mungkin bukan saatnya. Atau ada yang salah, misalnya kurang doa, dan sebagainya.

Masalah pelajaran Fisika di semester lalu sama dengan semester ini. Sehari sebelum UAS Fisika kemarin, aku sangat ngoyo belajar, walaupun tak se-ngoyo semester I. Bahkan ada bab yang kupelajari setengah-setengah. Alhasil, bisa tertebak apa yang terjadi ketika ulangan. Apalagi di esai. Soal mencari suhu sambungan saja aku tak tahu. Memandang 4 soal lain juga merupakan sebuah kesalahan. Aku tak tahu bagaimana cara mengerjakannya. Saat itu pula aku menerapkan prinsip “ngawur ae, seneg penting onok nilai e titik” Kutulis ‘diketahui’ ‘ditanya’ dan ‘dijawab’ pada lembar jawaban. Dari 'diketahui' itu, tak kusangka aku bisa mengerjakan 3 soal. Karena terlihat simbol-simbolnya. Jadi bisa menentukan rumus apa yang akan dipakai, walaupun tak sesimpel itu. Soalnya mbulet. tapi aku berusaha terus dan mencoba-coba. Bahkan aku tak menggunakan coret-coretan karena takut waktu tak cukup untuk menyalin. Ketika jawaban yang kudapatkan ‘bulat’ (tidak koma2an, dsb), tak terbayangkan senangnya. Walaupun belum tentu itu benar. Mengenai 1 soalnya lagi, itu benar-benar ngawur.

Oh ya, satu lagi. #perasaanbahagiatakterkiraadalah mengetahui jawaban yang telah kita hitung, ada dalam pilihan ganda.

Sorry for the ‘majas hiperbola’

You May Also Like

5 comments