Satu lagi kelakuann yang menonjol dari Lusi ini. Dia
sering tidak masuk kelas! Sehari masuk, dua hari tidak. Atau sebaliknya. Tentu
saja image-nya semakin negatif karena
hal itu. Tak jarang anak-anak menjadikan hal itu bahan taruhan sebelum bel
kelas berbunyi.
“Ayo taruhan ta, tak tebak hari ini Lusi gak
masuk!!”, teriak Vanda tiba-tiba.
“Aku nebak masuk!”, kataku.
“Aku juga!!!!”, Dena menyetujui ucapanku.
“Oke kalo gitu aku nebak dia gak masuk. Yang kalah
traktir es teh ya!”, sahut Lita.
“Okeee!!!”
Yang terjadi adalah Lusi tidak masuk pada hari itu,
jadilah aku mentraktir dua temanku yang lain walaupun sebenarnya itu bukanlah
hadiah kalah taruhan. Kami hanya bercanda.
Seiring dengan berjalannya waktu sampai kelas delapan
ini, aku tak tahu bagaimana asal-usulnya Lita tiba-tiba bisa sangat akrab
dengan Lusi. Padahal dia dulu adalah anak yang paling semangat kalau
membicarakan hal buruk dari anak itu. Tak jarang terlihat mereka berdua makan
bareng bekal yang mereka bawa. Mungkin Lita sudah mendapat hidayah dari Tuhan
Yang Maha Esa agar tidak berbuat tercela kepada orang lain. Hahahahaha
Dan sampai sekarang orang yang paling dekat dengan
Lusi siapa lagi kalau bukan Lita. Suatu saat aku ingin menanyakan mengenai
sikapnya yang berubah drastis itu, tetapi kuurungkan. Aku pikir mungkin lebih baik
begitu. Dan dengan aku mengajukan pertanyaan seperti itu mungkin akan sedikit
menyinggung perasaan. Tapi sayang sekali di kelas delapan ini mereka tidak
sekelas. Lusi pun senang menyendiri lagi. Menurutku dia adalah jenis orang yang
sukar beradaptasi, tetapi dia juga cuek dan tidak peduli terhadap apa kata
orang yang berbicara tentang dirinya.
Hari pertama di kelas delapan berlalu sangat menyenangkan.
Begitu juga dengan hari hari berikutnya. Sebenarnya pada hari-hari pertama
anak-anak di kelas 8E ini terbagi menjadi dua kubu dan saling tidak menyukai.
Kubu yang pertama dari kelas 7D dan yang kedua 7E. Tapi lama-kelamaan kami bisa
berpikir dewasa danbisa menerima satu
sama lain. Tetapi yang tetap adalah kelakuan si Lus ini. Sering absen tetap
menjadi kebiasaannya. Hampir satu kelas risih dengan sikapnya yang satu itu.
Jelas kami semua tak habis pikir..
Hari ini, suatu hari di pertengahan bulan Mei di
pelajaran TIK. “Anak-anak kalian mendapat tugas majalah. Mengenai pembagian
kelompok sudah saya tentukan sendiri seperti yang tertulis di papan tulis ya.
Harus sudah selesai sebulan ke depan!”, seru Pak Kiki begitu masuk kelas. Aku
hanya bisa menghembuskan nafas pasrah ketika menoleh ke whiteboard, karena disana tertulis aku sekelompok dengan Lusi.
Selain Lusi ada juga Laras dan Deva yang tidak bermasalah. Tiap-tiap kelompok pun saling berkumpul untuk berdiskusi.
“Ayo, kita harus nentuin ketua dulu nih”, kata Laras.
“Iya! Dinda aja!”, sahut Debi.
“Weee males-males. Kok aku-_-”, aku keberatan.
“Udahlaah gapapa, kamu kan anak JAWS”, ujar Laras.
“Loalah yaudah deh”, aku pasrah.
Aku pun segera mebagi tugas dan menentukan bahwa deadline-nya adalah seminggu sebelum deadline sebulan dari Pak Kiki itu.
Karena pasti membutuhkan waktu untuk mengedit dan mencetak.
Pengerjaan tugas itu berlangsung lancar-lancar saja.
Hingga padahari deadline Lusi tidak masuk sekolah. Tentu saja kami sangat
kebingungan karena lusamejalah tersebut
sudah harus masuk ke percetakan. Laras yang selalu kaya pulsa di handphone-nya pun langsung menelepon anak itu.
“Lus kamu dimanaaaaa? Tuga TIK yaapa ini?”
“Aku sakit. Besok aja ya. Tapi aku gak janji selesai
semua.”
“Loalah cepet sembuh ya. Usahain juga ya.
Assalamualaikum”
Setelah tetefon ditutup kami bertiga langsung berbicara
hampir bersamaan. “Lho yoopo seeeeh!!!!!!!!!“. Bagaimana tidak, kemana saja dia
selama ini sampai pada hari deadline
belum selesai. Toh kita bertiga saling membantu. Karena takut besok Lusi tidak
bisa menyelesaikakn tugasnya, kami bertiga pun mengerjakan beberapa tugasnya.
Keesokan harinya ketika jam pelajaran ke-empat
sehabis istirahat aku, Laras dan Deva dipanggil ke ruang guru oleh wali kelas
kami.
“Ada apa Bu?”, tanyaku begitu sudah ada di hadapan Bu
Esti, wali kelas 8E.
“Begini. Saya tadi mendapat telefon dari Ibunya Lusi.
Katanya Lusi gak mau masuk sekolah soalnya ada tugas TIK banyak yang harus
dikumpulkan hari ini. Saya dengar kalian kelompoknya?”
“Lho, kami gak bilang begitu, Bu. Tugas itu dari 2
minggu yang lalu dan deadline-nya kemarin.Saya dengar dia sakit jadi kami cuma minta
agar dia mengusahaknnya. Malah kami mengerjakan beberapa tugasnya Bu”,
sanggahku.
“Saya tidak tahu. Tadi orang tuanya bilang begitu.
Jangan sampai hal seperti ini terulang lagi. Soalnya kalau berurusan dengan
orang tua memang ribet. Sekolah tidak mau terkena masalah”, ujar Bu Esti Kanawa.
“Iya Bu.”, kata kami bertiga serempak sambil berlalu
meinggalkan ruang guru. “Duuuuh Lusi itu maunya apaseeeeh” “Iyaaapek udah dibantu
kenapa kok malah gitu. Gini ini kan nama kita jadi jelek” “Iya huuh. Kesannya
kita jahat banget gitu. Yawes ayo gak usah dipikirin”.
Dua hari setelah kejadian itu Lusi kembali masuk sekolah
dan mengumpulkan tugas TIK majalah yang tentu saja kurang. Untung saja beberapa
tugasnya sudah kami kerjakan. Akhirnya tugas majalah pun sukses dan selesai, walaupun pengumpulannya sedikit terlambat.
0 comments