Halo semuanya! Pada postingan kali ini aku ingin membagikan pengalamanku dalam
menempuh seleksi Management Trainee DHL Supply Chain (DSC) Indonesia atau yang
disebut Fastrex. Semoga bermanfaat! Terutama buat kalian yang mau ikut seleksi
posisi Management Trainee (MT), terutama lagi MT DHL Supply Chain Indonesia.
Sebelum
ke tahap-tahap seleksi, aku pengen kasih tahu gambaran umum tentang sistem
seleksi Management Trainee DHL Supply Chain. Jadi mereka memakai sistem zona
seleksi (re: point of hire). Waktu
angaktanku (batch 9) di tahun 2018 kemarin, ada lima zona, yaitu Medan,
Jakarta, Yogjakarta, Surabaya, Makasar. Sampai tahap tertentu, seleksi diadakan
di kota tersebut yang dipilih oleh peserta sendiri saat mendaftar. Aku memilih
Surabaya tentu saja karena domisiliku di Surabaya. Untuk zona Surabaya, lokasi
seleksi sampai tahap wawancara HR bertempat di gedung Student Advisory
Center (SAC) ITS. Bukan berarti ini campus
hiring ya (seleksi untuk mahasiswa kampus tertentu, ITS misalnya). Itu
untuk umum kok, cuma tempatnya aja yang di ITS.
Tahap seleksi:
1. Berkas/administrasi
2.
Leaderless Group
Discussion 1 (Untuk mengetahui kapabilitas Bahasa Inggris)
3.
Psikotes
4.
Wawancara Human
Resource (HR)
5.
Leaderless Group
Discussion 2 (Case Study)
6.
Wawancara Managing
Director (MD)
7. Medical Checkup
7. Medical Checkup
Rangkuman Tahap Seleksi
No
|
Tahap
|
Bahasa
|
Tanggal
|
Durasi ke Tahap Selanjutnya
|
Peserta
|
Lokasi
|
1.
|
Administrasi
|
Inggris
|
Max
8 September 2018
|
10
Hari
|
13000++
|
Daftar via web perusahaan
|
2.
|
Leader
Group Discussion
|
Inggris
|
18 September 2018
|
1
Hari
|
(Tidak
tahu)
|
Zona
perekrutan sesuai wilayah (Aku di ITS
Surabaya)
|
3.
|
Tes
Psikotes
|
Indonesia
|
19
September 2018
|
-
|
300an
|
SAC
ITS
|
4.
|
Interview
Human Resource (Indonesia)
|
Indonesia
|
19
September 2019
|
32an
|
SAC
ITS
| |
5.
|
Leaderless
Group Discussion 2 (English)
|
Inggris
|
18
October 2019
|
+-
1 bulan
|
6
orang di Surabaya
|
DSC
Rungkut
|
7.
|
Interview
Managing Director (English)
|
Inggris
|
23
October 2019
|
5
Hari
|
17
|
Head
Office DSC
|
Medical
Check Up
|
-
|
25
October 2019
|
2
Hari
|
11 (final)
|
Prodia
|
1. Administrasi
Aku
tahu tentang rekruitmen ini lewat web karir kampus di sac.its.ac.id. Tapi saat itu lamaran
enggak lewat web karir kampus dan langsung ke laman rekrutmen perusahaan. Untuk
dokumen yang diperlukan nanti tingal lihat posternya aja ya karena biasanya
informasinya sudah jelas. Setelah aku diterima dan kerja di perusahaan, aku
baru tahu ternyata kalau yang memasukkan lamaran sebanyak 13000 orang lebih.
2. Leaderless Group Discussion 1
Setelah
10 hari, aku menerima sebuah pesan di e-mail
yang merupakah sebuah undangan untuk mengikuti tahap selanjutnya, yaitu tahap
Leaderless Group Discussion (LGD). Untuk
yang belum tahu apa itu LGD, saya beri kutipan mengenai LGD dari web
https://cerdaskan.id/pengetahuan/apa-sih-leaderless-group-discussion-lgd-itu-yuk-simak-contoh-kasusnya/
“Leaderless Group Discussion atau
LGD adalah diskusi kelompok tanpa ditunjuknya seorang pemimpin, yang mana
kedudukan semua anggota sama pada awalnya.”
LGD ini diadakan di kantor Student Advisory Center (SAC) kampusku, ITS Surabaya. Untuk sesi itu sendiri dibagi menjadi dua, sesi pagi dan siang. Aku mendapatkan sesi siang. Menurut teman-temanku, ada sesi company overview sebelum LGD. Namun tidak ada sesi tersebut saat sesi siang, melainkan langsung LGD. Di tiap sesi, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok di mana tiap kelompok terdiri dari 7-10 orang. Setelah itu, ada satu moderator dari DSC di tiap kelompok. Kami diberikan sebuah topik untuk didiskusikan dalam durasi tertentu. Di akhir sesi, harus ada kesimpulan dari diskusi yang telah dilakukan. Peraturannya adalah, sesi dilakukan dalam Bahasa Inggris. Saat itu durasi yang diberikan adalah 15 menit (kalau tidak salah ingat). Sebenernya aku cukup kaget dengan durasi yang relatif singkat jika dibanding dengan LGD lain yang saya baca di internet, di mana biasanya berdurasi 30 menit-1 jam. Namun, selang beberapa waktu setelah saya mengikuti tahap selanjutnya, tahap ini “hanyalah” ingin menguji kemampuan berbicara Bahasa Inggris peserta, selain keberanian mengungkapkan pendapat tentunya. Dan di tahap ke-4 seleksi, akan ada tahap LGD lagi yang lebih berbasis studi kasus.
LGD ini diadakan di kantor Student Advisory Center (SAC) kampusku, ITS Surabaya. Untuk sesi itu sendiri dibagi menjadi dua, sesi pagi dan siang. Aku mendapatkan sesi siang. Menurut teman-temanku, ada sesi company overview sebelum LGD. Namun tidak ada sesi tersebut saat sesi siang, melainkan langsung LGD. Di tiap sesi, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok di mana tiap kelompok terdiri dari 7-10 orang. Setelah itu, ada satu moderator dari DSC di tiap kelompok. Kami diberikan sebuah topik untuk didiskusikan dalam durasi tertentu. Di akhir sesi, harus ada kesimpulan dari diskusi yang telah dilakukan. Peraturannya adalah, sesi dilakukan dalam Bahasa Inggris. Saat itu durasi yang diberikan adalah 15 menit (kalau tidak salah ingat). Sebenernya aku cukup kaget dengan durasi yang relatif singkat jika dibanding dengan LGD lain yang saya baca di internet, di mana biasanya berdurasi 30 menit-1 jam. Namun, selang beberapa waktu setelah saya mengikuti tahap selanjutnya, tahap ini “hanyalah” ingin menguji kemampuan berbicara Bahasa Inggris peserta, selain keberanian mengungkapkan pendapat tentunya. Dan di tahap ke-4 seleksi, akan ada tahap LGD lagi yang lebih berbasis studi kasus.
Aku
ingat sekali waktu itu tes pukul 13.00. Aku ketiduran dan baru bangun jam
12.40, langsung deh dari rumah buru-buru ke kampus naik motor, dan lari-lari ke
SAC. Masuk ke SAC ternyata yang ikut sesi siang sudah ke atas. Hampiiir aja
telat.
Topik
yang diberikan untuk kelompokku waktu itu adalah tentang Conventional versus
Online Transportation. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sesi diskusi
dilakukan tanpa moderator dan pemimpin diskusi.
Key
Takeaways:
1.
Walaupun merasa belum
terlalu lancar Bahasa Inggris, jangan takut untuk mencoba!! Karena yang
dilihat juga adalah seberapa usahanya kamu! Terbata-bata gapapa asal coba dan
pede!
Pengalamanku,
di kelompok ada sekitar delapan orang. Dimulailah sesi LGD, moderator
mempersilahkan kami untuk langsung berdiskusi. Itu merupakan momen yang semacam
awkward yaa karena gak ada orang yang
memulai pembicaraan untuk beberapa saat. Aku juga, sebenernya aku gak suka menjadi yang paling pertama untuk memulai
suatu diskusi. Kecuali kalo terpaksa hahaha. Karena keheningan panjang dan
takut akan jadi buruk kalau nggak dimulai, jadilah aku memulai duluan. Well I have to admit that my English
speaking level is quite good, so I
don’t have any concern related to the session.
Akupun
secara nggak langsung jadi moderator pembicaraan tersebut. Setelah mengutarakan
pendapat, aku bertanya apakah ada yang mau berpendapat lagi? Setelah ada hening
beberapa detik, ada satu orang cewek berkerudung yang mengacungkan tangan dan
mulai berbicara dengan Bahasa Inggris terbata-bata.
“Hello, I am sorry if I… bad in..,ehh.. hmm.
English, but I will…ehmm… try,” dan masih dengan terbata-bata melanjutkan
omongannya. Sekali-kali dia berhenti karena tidak tahu Bahasa Inggris dari apa
yang ingin dikatakan. Akupun inisiatif berkata
“You can say the word in Bahasa Indonesia in
case you don’t know the word in English,” sembari menatapnya. Dia pun
menatapku dengan tatapan berterimakasih dan dengan gugup membalas
“Uhm.. oh yes thank you,”
dan melanjutkan kalimatnya yang belum selesai.
Setelah
itu, diskusi berlanjut dengan dua atau tiga anak lain berbeda yang berbicara.
Aku tahu kalau aku bisa melalui tahap itu dengan baik dan dengan beberapa kali
berbicara aku rasa sudah cukup memberi kesan kepada moderator. Menyadari masih
ada empat anak yang jarang berbicara bahkan tiga diantaranya BELUM berbicara
sama sekali, aku pun merasa kasihan dan beberapa kali mempersilahkan mereka untuk berbicara
“Okay, so.. what do you think about
B’s opinion?” dan berbagai pancingan serupa, namun mereka tidak mau
berbicara sama sekali. Aku mencoba
memahami dari sisi seseorang yang emang gak bisa Bahasa Inggris dan gak pede.. It must be so hard for them too… Sampai
moderator mengingatkan kalau waktu sudah hampir habis dan jangan lupa untuk
menyimpulkan diskusi. Aku pun memberi kesimpulan dan gak lupa mempersilahkan
yang lain buat nambahin kalau emang perlu. Aku masih menyayangkan dan sedikit
sedih buat yang belum ngomong sama sekali :(
(ini jujur)
Akhirnya
waktu 15 menit habis dan ternyata yang lolos untuk tahap selanjutnya diumumkan
saat itu juga.
“The ones who passed this session
and can join the next selection phase are Miss Dinda dan Saras
(nama samaran), pelase do come tomorrow
at 08 to join the psikotest. That’s it, thank you for your attendance, good
afternoon.” Saras adalah orang yang aku bilang tadi, gak lancar speaking
English tapi dia MAU MENCOBA!
Setelah
keluar dari gedung SAC ternyata ada beberapa temanku yang masih berkumpul. Kami
pun ngobrol-ngobrol dan dari pembicaraan itu aku tahu bahwa di beberapa
kelompok ada yang lolos semua, atau kalau nggak banyak yang lolos. Oleh karena
itu, mereka kaget pas tahu kalau di kelompokku cuma dua yang lolos.
|
Welcoming Session the Fastrex Batch 9 (Wearing Caps). In
frame: with Managing Director, Senior Management, and Fastrex Batch 8
|
Selanjutnya
adalah tes psikotes yang dilaksanakan di gedung SAC pagi keesokan harinya. Aku
nggak terlalu tahu tentang jenis-jenis tes psikotes. Tapi itu merupakan salah
satu tes psikotes tercapek yang pernah aku lalui. Mungkin karena tesnya
terbilang lengkap kali ya. Yang dites adalah Kreplin, Wartegg, dll.
Key Takeaways:
Sebenernya aku nggak tahu key takeaways
apa untuk psikotes. Aku hampir nggak pernah
persiapan untuk tahap ini. Karena menurutku agak aneh aja kalo psikotes
dipelajari. Apakah kita artinya mencoba membohongi diri sendiri tentang seperti
apa diri kita? Tapi mungkin bisa lah refresh
dengan latihan beberapa soal psikotes biar nggak blank-blank banget. Menghindari kagok yang berujung gak maksimal,
bukan karena kita nggak bisa menyelesaikan masalahnya, tapi karena lama nggak
berhadapan dengan soal semacam itu jadinya kagok.
Total
waktu psikotes adalah sekitar tiga jam. Setelah selesai tes, diumumkan jika
yang lolos akan ditempel di depan pintu SAC jam 12.30 dan akan langsung
mengikuti wawancara HR.4. Wawancara HR
Untuk
kalian yang belum tahu, wawancara HR yang sering disebut daritadi adalah
wawancara yang dilakukan oleh orang-orang dari departemen Human Resource. Aku
kembali ke SAC dari gedung SCC karena ada keperluan sekitar pukul 12.30 pas.
Ternyata di sana sudah ada teman-temanku dan ternyata lagi pengumuman sudah
keluar. Aku dibilang temanku kalau aku lolos sebelum aku melihat pengumumannya sendiri.
Setelah diberitahu, aku cek sendiri pengumumannya dan di situ ada sekitar 30
orang di daftar, dibagi menjadi enam kelompok. Ternyata itu adalah pembagian
dengan siapa kami akan diwawancara, dengan kata lain ada enam pewawancara yang
berbeda.
Setelah
beberapa menit, kami pun masuk ke dalam SAC karena wawancara akan dimulai. Aku
pun menunggu dua antrian karena aku masuk kelompok pertama dan urutan ketiga.
Akhirnya tiba juga bagianku. Aku naik ke lantai atas dan ternyata di ruangan, para pewawancara memakai baju DHL. Aku menuju meja pertama sesuai dengan nomor pembagianku. Ada tiga pewawancara di
tiap meja. Satu psikolog, 1 laki-laki, dan 1 wanita dari DHL. Satu kesan yang
aku dapat adalah pewawancara cewek dari DHL juteeeek banget huff kaya sensi gitu
loh (setelah masuk DHL jadilah malah gak ada juteknya sama sekali :D). Yang
psikolognya baik sih dengan nada perhatiannya gitu. Pertanyaan wawancara adalah
seputar borang Curricullum Vitae (CV) yang udah kita isi dan dikummpulkan
sebelum tes LGD pertama. Emang detail banget sih ditanyainnya kayak digalii
banget. Waktu aku jawab gak detail dan cuma 'permukaan', selalu ditanya “gimana?
Bisa dijelasin lagi ga?”
Pewawancara
juga sedikit banyak tahu personalitiku kaya gimana padahal aku nggak kasih
tahu. Mungkin itu hasil dari tes psikotes sama form CV yang kami kumpulin.
Nah,
ternyata setelah selesai wawancara dan keluar ruangan serta kumpul sama anak yang
lain, aku jadi tahu kalau materi wawancaranya bisa beda-beda. Kalau aku, gaada
materi logistik atau rantai pasok sama sekali, tapi ada juga temenku yang
ditanya logistik detaiiil banget dan dikombinasi pake treatment yang sesuai sama kekurangannya dia (I will not going too far on this hehe, secret!).
Key Takeaways:
1.
Be confident!!!
2.
Pas dateng jangan lupa
senyum kecil ke pewawancara
3.
Say thank you pas udah selesai
4.
Tanya kalo emang ada
yang pengen ditanya
5.
I didn’t do this but, kamu bisa persiapin
pertanyaan yang kira-kira bakal ditanya dan latihan cara menjawabnya, termasuk
tentang logistik dan rantai pasok (terutama lagi pergudangan)!
6.
Berhubung bisa aja
ditanya tentang rantai pasok, jadi belajar yang bener! Semakin kaya ilmu
semakin PD juga jawabnya!!
7.
Be yourself!
5. Leaderless Group Discussion 2
Setelah
sesi wawancara HR itu, sebenernya aku gak ada harapan buat lolos ke tahap
selanjutnya. Karena emang sesi yang lumayan keras juga yaa pas itu, gak
cair-cair banget juga. Aku bisa jawab pertanyaannya dengan tegas dan baik
banget, tapi itu sesi wawancara pertamaku yanag kurang cair dan gak haha ihihi
yang biasa aku taklukkan. Tapi, selang tiga minggu kemudian, aku mendapat e-mail kalau aku lolos ke tahap
Leaderless Group Discussion yang akan diadakan di kantor DSC Surabaya
(Rungkut).
Singkat
cerita, ternyata dari 32-an orang yang lolos wawancara HR, enam orang yang
lolos ke tahap LGD2. Tiga orang dari Teknik Industri ITS, dua dari Teknis
Industri Universitas Brawijaya (UB), satu dari Sistem Informasi UB.
Aku
berangkat bersama dengan dua temanku yaitu Mayang dan Ayun naik mobil. Kebetulan,
selain teman sejurusan, kami juga teman satu SMA. Setelah sampai di sana, kami
harus menunggu terlebih dahulu. Akhirnya kami dibawa ke sebuah ruang pertemuan
di lantai tiga dan dipersilahkan untuk duduk di meja yang telah ditentukan. Ada
dua orang dari DSC yang memimpin sesi LGD itu. Kami dijelaskan peraturannya dan
untuk waktu LGD adalah satu jam (kalau tidak salah). 15 menit untuk membaca dan
mengerjakan soal, 30 menit (@ 5menit) untuk presentasi individu, 15 menit
untuk berdiskusi dan membuat kesepakatan bersama.
I will not going too detail on the
case because it should be a secret. Tapi aku bisa bilang kalian jangan takut kalau bukan
berlatar belakang logistik atau rantai pasok. Itu semua lebih ke logika kalian
dan strategi kalian menghadapi suatu kondisi yang ada konstrainnya.
Waktu
pun habis, moderator pun mempersilahkan kami untuk memulai maju dan mengutarakan
apa hasil diskusi kami. Seperti biasa, yang tidak aku duga adalah tidak ada
dari kami yang ingin maju duluan. Hal ini sangat kontras dengan sesi-sesi lain
yang biasanya semua atau paling tidak kebanyakan orang berambisi untuk
menujukkan dirinya. Dan lagi, aku gak senang jadi yang pertama, bukan karena
aku gak PD, tapi gak suka aja.. hmm susah jelasinnya. I’d rather be the second hehe. Dannn heninggg, masih gak ada yang
mau buat maju duluan.. aku sampe sungkan banget sama orang DHL-nya. Akhirnya,
daripada keburu orang DHLnya bete, jadilah aku volunteer buat maju duluan. Presenting
is not my weakness. I’m always confidence on it. Ditambah lagi materiku
yang cukup bagus dan bahkan udah detail sampai cost nya (jujur ya).
Setelah
presentasi satu-satu, lanjut ke diskusi buat nentukan keputusan akhr. Sesi pun
berlangsung dinamis dan syukurnya gak ada orang yang punya ego tinggi. Sampai
akhirnya waktu diskusi habis.
“That was a nice discussion,” kata orang
DSC yang mengawasi sesi. Setelah itu kami diberitahu bahwa yang lolos
selanjutnya akan diumumkan maksimal hari Jumat (dua hari setelah hari LGD), dan
kami pun dipersilahkan pulang.
Ehhh
waktu di rumah di hari yang sama, ternyata ada telefon yang memberitahu bahwa
aku lolos ke tahap interview MD yang dilaksanakan di Jakarta dan semua
akomodasi akan ditanggung. Alhamdulillah-nya semua orang (enam orang) yang ikut LGD pas itu lolos buat ke Jakarta.
Setelah
itu tahap selanjutnya adalah wawancara dengan direktur utama DSCID yang bertempat di Head Office DSC di Jakatta. Aku
berangkat dari Surabaya. Ternyata aku sampai dulu dari rombongan yang lain karena berbeda. Setelah sampai di bandara, aku
ketemu dengan Kang Rusdi yang merupakan supir DSC. Kang Rusdi menanyakan apakah
oke kalau nunggu tim Yogjakarta dateng 30 menit lagi biar sekalian dateng ke
kantornya. Aku pun oke oke aja. Setelah itu, sampailah tim Jogja, dua laki-laki
dan satu wanita. Kami berkenalan dan menuju mobil untuk pergi ke kantor.
Sesampainya di ruangan ternyata ada beberapa anak yang sudah menunggu. Total,
setelah tim Surabaya lengkap sampai di kantor, ada 17 orang.
Akhirnya
dimulailah sesi wawancara dan kami dipanggil dua-dua. Kalau nggak salah aku
urutan ke13. Kan kalau udah selesai wawancara balik ke ruangan di mana peserta
kumpul. Nahh itu kok dari cerita orang-orang sebelumnya kaya kesannya sereem
gitu.. Ada yang sampe cerita katanya tegang di dalem bikin MD-nya emosi. Jadi
bikin yang lain makin grogi kaaan. Akhirnya tibalah giliranku. Ternyata di dalem
masih harus nunggu, aku nunggu di kursi depan salah satu pegawai.
“Santai
aja… jangan grogi,” katanya sambil senyum.
Akhirnya
aku pun masuk, di dalem ada ekspat cowok yang merupakan MD dan satu wanita yang ternyata merupakan salah satu direktur departemen. Wawancara pun
mengalir seputar CV ku. Dan ternyata tidak seseram yang diceritakan beberapa
peserta lain. Kesan pertamaku terhadap MD ini beliau orangnya pintar dan straightforward.
Key
Takeaways:1. Belajar lagi CVmu
2. Di CV kalau bisa hampir mendekati wajib hiasi dengan yang berhubungan dengan logistik atau rantai pasok.
Ada beberapa peserta yang mengalami kesulitan (dan mendapat respon kurang baik dari pewawancara) saat ditanya mengapa mereka mendaftar di perusahaan logistik atau rantai pasok, tapi di CV mereka tidak ada yang menyebut pengalaman di bidang itu. Jadi saranku, akan lebih bagus kalau kalian punya riwayat di bidang tersebut dan menuliskannya di CV. Sebenernya aku sendiri gak ada tertulis sama sekali tentang bidang itu di CV, jadilah agak sedikit deg-degan. Tapi Alhamdulillah, waktu wawancara itu tidak disinggung sama sekali.
3. Jangan ngeyel, hadapi argumen dengan elegan
4. Tetep, latihan adalah persiapan terbaik! Kenali kekurangan dan kelebihanmu, kamu yang tahu tipe latihan apa yang terbaik buat kamu.
5. Jangan membicarakan tentang gaji.
6. Bertanya jika memang ada yang ingin ditanyakan (di akhir sesi). Ini juga jadi kesempatan untuk membuat dirimu lebih “dilihat”.
7. Medical Check Up
Besoknya,
pas aku mau balik ke Surabaya, dan literally di bandara, aku ditelfon dan dapat
info kalau aku lolos tahap terakhir kemarin dan tinggal MCU aja. Di situ juga
dijelasin benefit yang aku dapet kalau jadi MT atau Fastrex.
Keesokan
harinya aku langsung checkup di prodia terdekat. Selang beberapa hari, aku
dapet e-mail resmi dan dapat undangan untuk datang ke Jakarta jika menerima
tawaran tersbut.
Begitulah
cerita aku dari awal seleksi sampai tahap terkair J sekarang aku lagi memasuki bulan keempat sebagai Fastrex
dan sedang penugasan di salah satu site di Halim. Mungkin di postingan
selanjutnya aku akan bercerita Life as Management Trainee. Anyway, good luck for anyone of you who gonna go through this path! I
wish you best J Should you have any question, you can contact
me thru e-mail dinfariza@yahoo.com . See
you in the office then!