• Home
youtube linkedin facebook twitter instagram email

Woman and Secrets

Welcome to my blog. I share some stories here.

          Halo semuanya! Pada postingan kali ini aku ingin membagikan pengalamanku dalam menempuh seleksi Management Trainee DHL Supply Chain (DSC) Indonesia atau yang disebut Fastrex. Semoga bermanfaat! Terutama buat kalian yang mau ikut seleksi posisi Management Trainee (MT), terutama lagi MT DHL Supply Chain Indonesia.







Site Visit of Management Trainee DHL Supply Chain Batch 9


            Sebelum ke tahap-tahap seleksi, aku pengen kasih tahu gambaran umum tentang sistem seleksi Management Trainee DHL Supply Chain. Jadi mereka memakai sistem zona seleksi (re: point of hire). Waktu angaktanku (batch 9) di tahun 2018 kemarin, ada lima zona, yaitu Medan, Jakarta, Yogjakarta, Surabaya, Makasar. Sampai tahap tertentu, seleksi diadakan di kota tersebut yang dipilih oleh peserta sendiri saat mendaftar. Aku memilih Surabaya tentu saja karena domisiliku di Surabaya. Untuk zona Surabaya, lokasi seleksi sampai tahap wawancara HR bertempat di gedung Student Advisory Center (SAC) ITS. Bukan berarti ini campus hiring ya (seleksi untuk mahasiswa kampus tertentu, ITS misalnya). Itu untuk umum kok, cuma tempatnya aja yang di ITS.




Fastrex Bacth 9 Recruitment Poster


Tahap seleksi:
1.      Berkas/administrasi
2.      Leaderless Group Discussion 1 (Untuk mengetahui kapabilitas Bahasa Inggris)
3.      Psikotes
4.      Wawancara Human Resource (HR)
5.      Leaderless Group Discussion 2 (Case Study)
6.      Wawancara Managing Director (MD) 
7.      Medical Checkup

Rangkuman Tahap Seleksi


No

Tahap

Bahasa

Tanggal

Durasi ke Tahap Selanjutnya

Peserta

Lokasi

1.

Administrasi

Inggris

Max 8 September 2018

10 Hari

13000++

Daftar via web perusahaan

2.

Leader Group Discussion

Inggris

18 September 2018

1 Hari

(Tidak tahu)

Zona perekrutan sesuai wilayah  (Aku di ITS Surabaya)

3.

Tes Psikotes

Indonesia

19 September 2018

-

300an

SAC ITS

4.

Interview Human Resource (Indonesia)

Indonesia

19 September 2019


32an

SAC ITS

5.

Leaderless Group Discussion 2 (English)

Inggris

18 October 2019

+- 1 bulan

6 orang di Surabaya

DSC Rungkut

7.

Interview Managing Director (English)

Inggris

23 October 2019

5 Hari

17

Head Office DSC


Medical Check Up

-

25 October 2019

2 Hari

11 (final)

Prodia


1. Administrasi
Aku tahu tentang rekruitmen ini lewat web karir kampus  di sac.its.ac.id. Tapi saat itu lamaran enggak lewat web karir kampus dan langsung ke laman rekrutmen perusahaan. Untuk dokumen yang diperlukan nanti tingal lihat posternya aja ya karena biasanya informasinya sudah jelas. Setelah aku diterima dan kerja di perusahaan, aku baru tahu ternyata kalau yang memasukkan lamaran sebanyak 13000 orang lebih.


2. Leaderless Group Discussion 1
Setelah 10 hari, aku menerima sebuah pesan di e-mail yang merupakah sebuah undangan untuk mengikuti tahap selanjutnya, yaitu tahap Leaderless Group Discussion (LGD).  Untuk yang belum tahu apa itu LGD, saya beri kutipan mengenai LGD dari web https://cerdaskan.id/pengetahuan/apa-sih-leaderless-group-discussion-lgd-itu-yuk-simak-contoh-kasusnya/

“Leaderless Group Discussion atau LGD adalah diskusi kelompok tanpa ditunjuknya seorang pemimpin, yang mana kedudukan semua anggota sama pada awalnya.”      
         LGD ini diadakan di kantor Student Advisory Center (SAC) kampusku, ITS Surabaya. Untuk sesi itu sendiri dibagi menjadi dua, sesi pagi dan siang. Aku mendapatkan sesi siang. Menurut teman-temanku, ada sesi company overview sebelum LGD. Namun tidak ada sesi tersebut saat sesi siang, melainkan langsung LGD. Di tiap sesi, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok di mana tiap kelompok terdiri dari 7-10 orang. Setelah itu, ada satu moderator dari DSC di tiap kelompok. Kami diberikan sebuah topik untuk didiskusikan dalam durasi tertentu. Di akhir sesi, harus ada kesimpulan dari diskusi yang telah dilakukan. Peraturannya adalah, sesi dilakukan dalam Bahasa Inggris. Saat itu durasi yang diberikan adalah 15 menit (kalau tidak salah ingat). Sebenernya aku cukup kaget dengan durasi yang relatif singkat jika dibanding dengan LGD lain yang saya baca di internet, di mana biasanya berdurasi 30 menit-1 jam. Namun, selang beberapa waktu setelah saya mengikuti tahap selanjutnya, tahap ini “hanyalah” ingin menguji kemampuan berbicara Bahasa Inggris peserta, selain keberanian mengungkapkan pendapat tentunya. Dan di tahap ke-4 seleksi, akan ada tahap LGD lagi yang lebih berbasis studi kasus.
Aku ingat sekali waktu itu tes pukul 13.00. Aku ketiduran dan baru bangun jam 12.40, langsung deh dari rumah buru-buru ke kampus naik motor, dan lari-lari ke SAC. Masuk ke SAC ternyata yang ikut sesi siang sudah ke atas. Hampiiir aja telat.
Topik yang diberikan untuk kelompokku waktu itu adalah tentang Conventional versus Online Transportation. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sesi diskusi dilakukan tanpa moderator dan pemimpin diskusi.

Key Takeaways:
1.      Walaupun merasa belum terlalu lancar Bahasa Inggris, jangan takut untuk mencoba!! Karena yang dilihat juga adalah seberapa usahanya kamu! Terbata-bata gapapa asal coba dan pede!

Pengalamanku, di kelompok ada sekitar delapan orang. Dimulailah sesi LGD, moderator mempersilahkan kami untuk langsung berdiskusi. Itu merupakan momen yang semacam awkward yaa karena gak ada orang yang memulai pembicaraan untuk beberapa saat. Aku juga, sebenernya aku gak suka  menjadi yang paling pertama untuk memulai suatu diskusi. Kecuali kalo terpaksa hahaha. Karena keheningan panjang dan takut akan jadi buruk kalau nggak dimulai, jadilah aku memulai duluan. Well I have to admit that my English speaking level is quite good, so I don’t have any concern related to the session. 
Akupun secara nggak langsung jadi moderator pembicaraan tersebut. Setelah mengutarakan pendapat, aku bertanya apakah ada yang mau berpendapat lagi? Setelah ada hening beberapa detik, ada satu orang cewek berkerudung yang mengacungkan tangan dan mulai berbicara dengan Bahasa Inggris terbata-bata.
“Hello, I am sorry if I… bad in..,ehh.. hmm. English, but I will…ehmm… try,” dan masih dengan terbata-bata melanjutkan omongannya. Sekali-kali dia berhenti karena tidak tahu Bahasa Inggris dari apa yang ingin dikatakan. Akupun inisiatif berkata
“You can say the word in Bahasa Indonesia in case you don’t know the word in English,” sembari menatapnya. Dia pun menatapku dengan tatapan berterimakasih dan dengan gugup membalas
“Uhm.. oh yes thank you,” dan melanjutkan kalimatnya yang belum selesai.
Setelah itu, diskusi berlanjut dengan dua atau tiga anak lain berbeda yang berbicara. Aku tahu kalau aku bisa melalui tahap itu dengan baik dan dengan beberapa kali berbicara aku rasa sudah cukup memberi kesan kepada moderator. Menyadari masih ada empat anak yang jarang berbicara bahkan tiga diantaranya BELUM berbicara sama sekali, aku pun merasa kasihan dan beberapa kali  mempersilahkan mereka untuk berbicara
“Okay, so.. what do you think about B’s opinion?” dan berbagai pancingan serupa, namun mereka tidak mau berbicara sama sekali. Aku mencoba memahami dari sisi seseorang yang emang gak bisa Bahasa Inggris dan gak pede.. It must be so hard for them too… Sampai moderator mengingatkan kalau waktu sudah hampir habis dan jangan lupa untuk menyimpulkan diskusi. Aku pun memberi kesimpulan dan gak lupa mempersilahkan yang lain buat nambahin kalau emang perlu. Aku masih menyayangkan dan sedikit sedih buat yang belum ngomong sama sekali :( (ini jujur)
          Akhirnya waktu 15 menit habis dan ternyata yang lolos untuk tahap selanjutnya diumumkan saat itu juga.
“The ones who passed this session and can join the next selection phase are Miss Dinda dan Saras (nama samaran), pelase do come tomorrow at 08 to join the psikotest. That’s it, thank you for your attendance, good afternoon.” Saras adalah orang yang aku bilang tadi, gak lancar speaking English tapi dia MAU MENCOBA!
Setelah keluar dari gedung SAC ternyata ada beberapa temanku yang masih berkumpul. Kami pun ngobrol-ngobrol dan dari pembicaraan itu aku tahu bahwa di beberapa kelompok ada yang lolos semua, atau kalau nggak banyak yang lolos. Oleh karena itu, mereka kaget pas tahu kalau di kelompokku cuma dua yang lolos.




Welcoming Session the Fastrex Batch 9 (Wearing Caps). In frame: with Managing Director, Senior Management, and Fastrex Batch 8
3. Psikotes
Selanjutnya adalah tes psikotes yang dilaksanakan di gedung SAC pagi keesokan harinya. Aku nggak terlalu tahu tentang jenis-jenis tes psikotes. Tapi itu merupakan salah satu tes psikotes tercapek yang pernah aku lalui. Mungkin karena tesnya terbilang lengkap kali ya. Yang dites adalah Kreplin, Wartegg, dll.


Key Takeaways: Sebenernya aku nggak tahu key takeaways apa untuk psikotes. Aku hampir nggak pernah persiapan untuk tahap ini. Karena menurutku agak aneh aja kalo psikotes dipelajari. Apakah kita artinya mencoba membohongi diri sendiri tentang seperti apa diri kita? Tapi mungkin bisa lah refresh dengan latihan beberapa soal psikotes biar nggak blank-blank banget. Menghindari kagok yang berujung gak maksimal, bukan karena kita nggak bisa menyelesaikan masalahnya, tapi karena lama nggak berhadapan dengan soal semacam itu jadinya kagok.
          Total waktu psikotes adalah sekitar tiga jam. Setelah selesai tes, diumumkan jika yang lolos akan ditempel di depan pintu SAC jam 12.30 dan akan langsung mengikuti wawancara HR.



4. Wawancara HR
Untuk kalian yang belum tahu, wawancara HR yang sering disebut daritadi adalah wawancara yang dilakukan oleh orang-orang dari departemen Human Resource. Aku kembali ke SAC dari gedung SCC karena ada keperluan sekitar pukul 12.30 pas. Ternyata di sana sudah ada teman-temanku dan ternyata lagi pengumuman sudah keluar. Aku dibilang temanku kalau aku lolos sebelum aku melihat pengumumannya sendiri. Setelah diberitahu, aku cek sendiri pengumumannya dan di situ ada sekitar 30 orang di daftar, dibagi menjadi enam kelompok. Ternyata itu adalah pembagian dengan siapa kami akan diwawancara, dengan kata lain ada enam pewawancara yang berbeda.
Setelah beberapa menit, kami pun masuk ke dalam SAC karena wawancara akan dimulai. Aku pun menunggu dua antrian karena aku masuk kelompok pertama dan urutan ketiga. Akhirnya tiba juga bagianku. Aku naik ke lantai atas dan ternyata di ruangan,  para pewawancara memakai baju DHL. Aku menuju meja pertama sesuai dengan nomor pembagianku. Ada tiga pewawancara di tiap meja. Satu psikolog, 1 laki-laki, dan 1 wanita dari DHL. Satu kesan yang aku dapat adalah pewawancara cewek dari DHL juteeeek banget huff kaya sensi gitu loh (setelah masuk DHL jadilah malah gak ada juteknya sama sekali :D). Yang psikolognya baik sih dengan nada perhatiannya gitu. Pertanyaan wawancara adalah seputar borang Curricullum Vitae (CV) yang udah kita isi dan dikummpulkan sebelum tes LGD pertama. Emang detail banget sih ditanyainnya kayak digalii banget. Waktu aku jawab gak detail dan cuma 'permukaan', selalu ditanya “gimana? Bisa dijelasin lagi ga?”
          Pewawancara juga sedikit banyak tahu personalitiku kaya gimana padahal aku nggak kasih tahu. Mungkin itu hasil dari tes psikotes sama form CV yang kami kumpulin.
            Nah, ternyata setelah selesai wawancara dan keluar ruangan serta kumpul sama anak yang lain, aku jadi tahu kalau materi wawancaranya bisa beda-beda. Kalau aku, gaada materi logistik atau rantai pasok sama sekali, tapi ada juga temenku yang ditanya logistik detaiiil banget dan dikombinasi pake treatment yang sesuai sama kekurangannya dia (I will not going too far on this hehe, secret!).

Key Takeaways:
1.      Be confident!!!
2.      Pas dateng jangan lupa senyum kecil ke pewawancara
3.      Say thank you pas udah selesai
4.      Tanya kalo emang ada yang pengen ditanya
5.      I didn’t do this but, kamu bisa persiapin pertanyaan yang kira-kira bakal ditanya dan latihan cara menjawabnya, termasuk tentang logistik dan rantai pasok (terutama lagi pergudangan)!
6.      Berhubung bisa aja ditanya tentang rantai pasok, jadi belajar yang bener! Semakin kaya ilmu semakin PD juga jawabnya!!
7.      Be yourself!

5. Leaderless Group Discussion 2
Setelah sesi wawancara HR itu, sebenernya aku gak ada harapan buat lolos ke tahap selanjutnya. Karena emang sesi yang lumayan keras juga yaa pas itu, gak cair-cair banget juga. Aku bisa jawab pertanyaannya dengan tegas dan baik banget, tapi itu sesi wawancara pertamaku yanag kurang cair dan gak haha ihihi yang biasa aku taklukkan. Tapi, selang tiga minggu kemudian, aku mendapat e-mail kalau aku lolos ke tahap Leaderless Group Discussion yang akan diadakan di kantor DSC Surabaya (Rungkut).
Singkat cerita, ternyata dari 32-an orang yang lolos wawancara HR, enam orang yang lolos ke tahap LGD2. Tiga orang dari Teknik Industri ITS, dua dari Teknis Industri Universitas Brawijaya (UB), satu dari Sistem Informasi UB.
Aku berangkat bersama dengan dua temanku yaitu Mayang dan Ayun naik mobil. Kebetulan, selain teman sejurusan, kami juga teman satu SMA. Setelah sampai di sana, kami harus menunggu terlebih dahulu. Akhirnya kami dibawa ke sebuah ruang pertemuan di lantai tiga dan dipersilahkan untuk duduk di meja yang telah ditentukan. Ada dua orang dari DSC yang memimpin sesi LGD itu. Kami dijelaskan peraturannya dan untuk waktu LGD adalah satu jam (kalau tidak salah). 15 menit untuk membaca dan mengerjakan soal, 30 menit (@ 5menit) untuk presentasi individu, 15 menit untuk berdiskusi dan membuat kesepakatan bersama.
I will not going too detail on the case because it should be a secret. Tapi aku bisa bilang kalian jangan takut kalau bukan berlatar belakang logistik atau rantai pasok. Itu semua lebih ke logika kalian dan strategi kalian menghadapi suatu kondisi yang ada konstrainnya.
Waktu pun habis, moderator pun mempersilahkan kami untuk memulai maju dan mengutarakan apa hasil diskusi kami. Seperti biasa, yang tidak aku duga adalah tidak ada dari kami yang ingin maju duluan. Hal ini sangat kontras dengan sesi-sesi lain yang biasanya semua atau paling tidak kebanyakan orang berambisi untuk menujukkan dirinya. Dan lagi, aku gak senang jadi yang pertama, bukan karena aku gak PD, tapi gak suka aja.. hmm susah jelasinnya. I’d rather be the second hehe. Dannn heninggg, masih gak ada yang mau buat maju duluan.. aku sampe sungkan banget sama orang DHL-nya. Akhirnya, daripada keburu orang DHLnya bete, jadilah aku volunteer buat maju duluan. Presenting is not my weakness. I’m always confidence on it. Ditambah lagi materiku yang cukup bagus dan bahkan udah detail sampai cost nya (jujur ya).
Setelah presentasi satu-satu, lanjut ke diskusi buat nentukan keputusan akhr. Sesi pun berlangsung dinamis dan syukurnya gak ada orang yang punya ego tinggi. Sampai akhirnya waktu diskusi habis.
“That was a nice discussion,” kata orang DSC yang mengawasi sesi. Setelah itu kami diberitahu bahwa yang lolos selanjutnya akan diumumkan maksimal hari Jumat (dua hari setelah hari LGD), dan kami pun dipersilahkan pulang.
  Ehhh waktu di rumah di hari yang sama, ternyata ada telefon yang memberitahu bahwa aku lolos ke tahap interview MD yang dilaksanakan di Jakarta dan semua akomodasi akan ditanggung. Alhamdulillah-nya semua orang (enam orang) yang ikut LGD pas itu lolos buat ke Jakarta.
6. Wawancara Managing Director (MD)
Setelah itu tahap selanjutnya adalah wawancara dengan direktur utama DSCID yang bertempat di Head Office DSC di Jakatta. Aku berangkat dari Surabaya. Ternyata aku sampai dulu dari rombongan yang lain karena berbeda. Setelah sampai di bandara, aku ketemu dengan Kang Rusdi yang merupakan supir DSC. Kang Rusdi menanyakan apakah oke kalau nunggu tim Yogjakarta dateng 30 menit lagi biar sekalian dateng ke kantornya. Aku pun oke oke aja. Setelah itu, sampailah tim Jogja, dua laki-laki dan satu wanita. Kami berkenalan dan menuju mobil untuk pergi ke kantor. Sesampainya di ruangan ternyata ada beberapa anak yang sudah menunggu. Total, setelah tim Surabaya lengkap sampai di kantor, ada 17 orang.
Akhirnya dimulailah sesi wawancara dan kami dipanggil dua-dua. Kalau nggak salah aku urutan ke13. Kan kalau udah selesai wawancara balik ke ruangan di mana peserta kumpul. Nahh itu kok dari cerita orang-orang sebelumnya kaya kesannya sereem gitu.. Ada yang sampe cerita katanya tegang di dalem bikin MD-nya emosi. Jadi bikin yang lain makin grogi kaaan. Akhirnya tibalah giliranku. Ternyata di dalem masih harus nunggu, aku nunggu di kursi depan salah satu pegawai.
“Santai aja… jangan grogi,” katanya sambil senyum.
Akhirnya aku pun masuk, di dalem ada ekspat cowok yang merupakan MD  dan satu wanita yang ternyata merupakan salah satu direktur departemen. Wawancara pun mengalir seputar CV ku. Dan ternyata tidak seseram yang diceritakan beberapa peserta lain. Kesan pertamaku terhadap MD ini beliau orangnya pintar dan straightforward.  

Key Takeaways:
1.      Belajar lagi CVmu
2.      Di CV kalau bisa hampir mendekati wajib hiasi dengan yang berhubungan dengan logistik atau rantai pasok.
       Ada beberapa peserta yang mengalami kesulitan (dan mendapat respon kurang baik dari pewawancara) saat ditanya mengapa mereka mendaftar di perusahaan logistik atau rantai pasok, tapi di CV mereka tidak ada yang menyebut pengalaman di bidang itu. Jadi saranku, akan lebih bagus kalau kalian punya riwayat di bidang tersebut dan menuliskannya di CV. Sebenernya aku sendiri gak ada tertulis sama sekali tentang bidang itu di CV, jadilah agak sedikit deg-degan. Tapi Alhamdulillah, waktu wawancara itu tidak disinggung sama sekali.
3.      Jangan ngeyel, hadapi argumen dengan elegan
4.      Tetep, latihan adalah persiapan terbaik! Kenali kekurangan dan kelebihanmu, kamu yang tahu tipe latihan apa yang terbaik buat kamu.
5.      Jangan membicarakan tentang gaji.
6.      Bertanya jika memang ada yang ingin ditanyakan (di akhir sesi). Ini juga jadi kesempatan untuk membuat dirimu lebih “dilihat”.




7. Medical Check Up

Besoknya, pas aku mau balik ke Surabaya, dan literally di bandara, aku ditelfon dan dapat info kalau aku lolos tahap terakhir kemarin dan tinggal MCU aja. Di situ juga dijelasin benefit yang aku dapet kalau jadi MT atau Fastrex.
Keesokan harinya aku langsung checkup di prodia terdekat. Selang beberapa hari, aku dapet e-mail resmi dan dapat undangan untuk datang ke Jakarta jika menerima tawaran tersbut.

Begitulah cerita aku dari awal seleksi sampai tahap terkair J sekarang aku lagi memasuki bulan keempat sebagai Fastrex dan sedang penugasan di salah satu site di Halim. Mungkin di postingan selanjutnya aku akan bercerita Life as Management Trainee. Anyway, good luck for anyone of you who gonna go through this path! I wish you best J  Should you have any question, you can contact me thru e-mail dinfariza@yahoo.com  . See you in the office then!



Share
Tweet
Pin
Share
7 comments


Beberapa hari yang lalu, saat saya pulang kampung ke Surabaya dari tempat merantau, Jakarta, saya menyempatkan diri untuk menemani salah satu sahabat terbaik saya, @aasmarani berburu buku untuk keperluan akademiknya. Tempat yang kami tuju saat itu adalah Kampung Ilmu, sebuah lokasi berisi kios-kios di Jalan Semarang yang memang terkenal akan jenis dagangannya, yaitu buku-buku. Baik buku baru dan juga bekas. Saya senang sekali ketika akan mengunjungi tempat yang beberapa kali memang gemar saya kunjungi selama masih tinggal di Surabaya. Hal itu tak lain tak bukan adalah karena kecintaan saya terhadap literatur, entah buku, novel, atau semacamnya. Meskipun, frekuensi literasi saya sangat menurun jika dibandikan dengan beberapa tahun lalu ketika saya masih duduk di bangku SMP dan SMA. Namun, akhir-akhir ini, saya berkeiginan untuk lebih banyak membaca lagi, bukan karena apa, namun itu adalah hobi dan kebutuhan. Saya dapat mencapai apa yang saya miliki sekarang, tidak lain tidak bukan adalah karena membaca.

Saya jadi ingat, beberapa tahun lalu, saat saya mungkin masih duduk di bangku kelas 6 SD, saya dan ibu saya pergi ke Kampung Ilmu untuk membeli buku persiapan Ujuan Nasional. Setelah mendapatkan buku yang dimaksud, ibu saya menanyai saya apakah ada buku lain yang ingin dibeli. Mungkin novel. Saya yang saat itu tidak terlalu ada keinginan untuk membeli novel, melihat beberapa novel dijual di etalase kios di sebelah tempat saya berdiri. Saya tertarik pada salah satu novel yang tidak asing bagi saya karena tetraloginya memang sangat terkenal di Indonesia. Buku tersebut berjudul Maryamah Karpov, seri keempat dari tetralogi Laskar Pelangi. Yang membuat saya tertarik dari novel tersebut adalah judulnya. Entah mengapa, judulnya memiliki daya tarik tersendiri.

Singkat cerita, saya pun membeli novel tersebut dan langsung membacanya di rumah. Sebenarnya pada saat itu saya belum membaca ketiga seri Laskar Pelangi sebelumnya. Sedikit aneh memang.

Buku tersebut telah membuat saya hanyut dalam ceritanya, tersihir alur-alurnya yang sangat memikat. Tak sulit untuk menenggelamkan saya ke seri-seri Laskar Pelangi lainnya yang tentu saja, juga mampu menyihir saya.

Saya merasa bangga telah menemukan "Harta Karun" di Kampung Ilmu tersebut yang juga menyumbang secuil porsi pengetahuan diri saya saat inu. Saya rasa, momen-momen tersebut terulang lagi saat saya mengunjungi Kampung Ilmu kapan hari lalu.

Saat masuk ke kompleks pertokoan, saya sudah sangat sumringah melihat deretan kios buku di dalamnya. Setelah berkeliling beberapa toko untuk mencari buku yang Rani cari, kami pun berkeliling ke beberapa toko untuk mencari novel. Sebenarnya, ini yang saya benci dari kegiatan berbelanja. Terlalu banyak pilihan akan membuat bingung. Terutama jika tidak ada yang benar-benar menarik perhatian. Saya pun langsung bertanya ke pemilik kios tiap kali datang ke kios baru, apakah mereka menjual novel karangan Agatha Christie? Dan Brown? Dan beberapa novelis lainnya yang memang favoritku. Namun sayang, tidak ada satu pun yang menjual. Di tengah keputusasaan dan berjalan menuju pintu keluar, saya menyempatkan untuk mencoba peruntungan lagi dengan berhenti di salah satu kios yang belum saya kunjungi, dan bertanya "Buku apa yang best seller di sini?" pemilik kios menjawab, "Ini semua best seller," sambil menunjuk deretan buku di rak depan. Di sana berderet banyak novel karangan beberapa novelis lokal sepeti Tere Liye, Pramoedya Ananta Toer, dan lain-lain. Saya pun berpikir, akan sayang sekali jika pergi dari tempat ini tanpa membawa buku sama sekali. Oleh karena itu, saya bertekad untuk membeli buku minimal satu. Sudah lama saya ingin sekali membaca buku-buku Tere Liye. Karena memang setahu saya, beliau adalah penulis yang hebat. Dan aku berpikir, mungkin ini saatnya. Masalah lainnya, buku apa yang akan dibeli? Saya pun mengambil beberapa dan membaca sinopsis yang biasanya ada di sampul belakang. Susah juga untuk menentukan. Akhirnya karena terburu-buru pergi, saya secara tidak sepenuh hati memilih satu buku berjudul Tentang Kamu. Walaupun sebelumnya saya berkata tidak sepenuh hati, entah kenapa ada sesuatu dari buku tersebut yang membuat ia saya pilih dibandingkan buku-buku Tere Liye yang lainnya. Saya juga tidak sepenuhnya tahu mengapa.

Sesampainya di rumah, saya tidak langsung membaca novel tersebut dikarenakan agenda kepulangan saya yang lain yaitu lebib banyak berkumpul bersama keluarga. Sampai hari ini, hari Minggu di minggu pertama bulan Januari 2019, saya sudah bertekad dan tidak tahan untuk menenggelamkan diri pada novel (saya sudah kembali ke Jakarta). Saya pun mendedikasikan hari ini untuk me-time membaca. Cililitan, kos, sendiri. Wah, sebuah pilihan yang baik untuk recharge sebelum kembali ke rutinitas pekerjaan. Mayang, teman satu kamar saya, sedang pergi ke Bogor bersama Ayun. Saya yang pernah ditempatkan OJT di Sentul, Bogor bulan lalu, memilih untuk tidak ikut.

Baru membaca dua halaman dari novel, saya sudah tahu kalau saya akan jatuh cinta dengan novel ini. Gaya bahasanya, latarnya, dan tipe ceritanya (sebelumnya tidak banyak yang bisa diketahui dari sinopsisnya karena memang tidak tersurat). Ini membuat saya semakin semangat untuk menyelesaikan novelnya.


Baru membaca beberapa bagian novel, air mata menetes karena haru jalan ceritanya. Ini terjadi beberapa kali sampai bagian tengah dari novel. Dan benar saja, sampai di akhir cerita, it's nothing but speeches. It left me impressed. Tidak semata-mata karena plotnya, haru itu muncul karena ada beberapa poin dari novel yang relate dengan saya...

Mulai dari cita-cita untuk berkeliling dunia dengan segala keterbatasan yang ada, jenis permasalahan yang terjadi di keluarga, petualangan untuk mencapai cita-cita dan jati diri, perjuangan hidup, watak tokoh, bahkan sampai Turki..... Kombinasi poin-poin tersebut, walaupun tidak 100%, relate sekali dengan diri saya.. Saya sampai terpikir, kebetulan macam apa ini? Mengapa buku yang saya pilih dengan 'tidak sepenuh hati' di sebuah toko buku di Surabaya, ternyata sangat mirip dengan sedikit banyak cerita hidup saya? Padahal pada saat itu, ada banyak buku lain di sana, ada banyak novel Tere Liye lain yang juga biaa saya pilih. Tapi bagaimana bisa saya memilih buku ini yang detailnya pun banyak yang sama dengan potongan detail hidup saya?












Entahlah. Mungkin ini jawaban dari pertanyaan-pertanyaan saya yang sering berdengun di dalam diri saya terutama setelah menyelesaikan bangku kuliah.


"Kemana kamu akan pergi?"

"Masihkah kamu masih berusaha memeluk mimpi-mimpi kamu?"

"Bagaimana kamu memulainya?"

Secara langsung maupun tidak, hal ini menimbulkan semangat baru dalam diri saya. Untuk saya yang secara sedikit demi sedikit melunturkan semangat dan prinsip "do your best wherever you are", celah kreativitas yang mulai terkikis, menjadi orang yang lebih insecure pada padangan orang lain terhadap saya, dan sebagainya.

Ini saatnya untuk kembali membulatkan tekad, menyempurnakan lagi strategi untuk mecapai visi misi kehidupan pribadi saya.


Terimakasih Sri Ningsih. Ya, memang benar. "Masa lalu, masa depan, mimpi-mimpi. Semua akan berlalu."

Amin, Bismillahirrahmanirrahim.
Jakarta, 6 Januari 2019.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

I love to sing and dance. A book lover. Homebody of some sort. Pretty ambitious.

Search This Blog

Follow Us

  • quora
  • linkedin
  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • Pertukaran pelajar
  • abroad

Blog Archive

  • March 2019 (2)
  • December 2017 (1)
  • June 2017 (3)
  • April 2017 (2)
  • March 2017 (3)
  • February 2017 (2)
  • July 2016 (1)
  • October 2015 (1)
  • September 2014 (1)
  • February 2014 (2)
  • January 2014 (1)
  • February 2013 (1)
  • December 2012 (2)
  • November 2012 (1)
  • October 2012 (7)
  • September 2012 (5)
  • August 2012 (4)
  • July 2012 (1)
  • June 2012 (3)
  • May 2012 (10)
  • April 2012 (2)
  • March 2012 (3)
  • February 2012 (2)
  • January 2012 (1)
  • December 2011 (5)
  • November 2011 (6)
  • October 2011 (4)
  • November 2010 (2)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates