• Home
youtube linkedin facebook twitter instagram email

Woman and Secrets

Welcome to my blog. I share some stories here.

HAI! Kembali lagi dengan saya dinda nurul fariza dalam acaraaa... *oposeh* hoho aku lagi dapet tugas loh! tugas despro namanya, desain produk. sebenernya aku gaktau pek detail tugasnya disuruh ngapain soalnya disuruhnya pas aku gaada huuuh.pokonya disuruh mbuat kemasan ato bungkusnya sesuatu gitu..... akhirnya aku ga ngerjain sampe beberapa temenku udah ngerjain. dann akhirnya tau maksudnya gimance. ini nih punyaku :> jelek sekali.. maklum layouter amatir :')  




Depan



COFCOLATE! mboh yoopo kok aku kepikiran ngunu. cofcolate adalah coklat yang ada rasa kopinya :) aku sih belum pernah ngerasain wkwk

Belakang

Samping1 *keterangannya itu sok ide pool:))*

samping 2

atas
btw yang atas itu panjang yaa, soalnya maunya takbentuk kayak surat gitu *ifyouknowwhatimean-_-* tapi gatau entar bisa jadi apa enggak haha-_- 


bawah

jaring-jaringnya



Tapi serius deh ngerjain tugas beginian (kayak majalah,desain, dkk) itu seru puuuul daripada tugas2 yang sejenis presentasi gitu hoho. byeee!


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
#repost

A non Muslim invited a Muslim to his house and gave him Grapes ,
the Muslim ate them ,
then he invited the muslim to a cup of wine ,the muslim refused ,
… … The non muslim asked him how did u Muslims forbidden wine and ate grapes although the wine came from grapes ,
The muslim replied ‘Do u have a daughter’ ,
He said yes ,
The muslim asked him ‘could u marry her’ ,
The non muslim said no ,
The muslim said subhan Allah ,
u marry her mother and can’t marry her although
this comes from this too..




Share
Tweet
Pin
Share
No comments
1.  A: Ayo ini udah dibagi ya kelompoknya. kelompok 1 Dinda, Avi, Ardila
     B: Itu Dinda siapa? Dindanya kan ada dua
     A: Dinda Fariza


2. A: Ayoooo dengerin yaa, ini pembagian kelompok camp PSGSnya
    B: .......kelompok lima Priskila, Desya Erdia, Dinda Fariza, Dicky Johar


3. *dengerin cerita temen*
    A: Oalaaaah itu   ta yang dianu sama anu. Anak X-8? Sapa namanya?
    B: Iya, anak X-8. Dinda namanya
    A: Dinda sapa? Alumni mana?
    B: Dinda Fariza. Alumni SMP 6

4. A: halooo dindafarizaaa! *disapaanak*


******


 Huaa gatau pek, di SMA ini kok semua pada manggil aku Dinda Fariza. Padahal dimana-mana termasuk di akta kelahiran namaku Dinda Nurul Fariza lhoooo. Mungkin itu gara gara nama twitterku @dindafariza kali ya.... Muahaha. Kutipan omongan di atas itu sebagian kecil aja, masih buanyaak lagi.

Terus kapan hari gitu pasPSGS Mas Rio pernah bilang sesuatu yang kira-kira kayak gini..


MR : Uopo  masak di kwitansi Rendezvous namaku ditulis 'Rio M."' padahal jenengku lak 'Rio Pradana'. Paling iku gara-gara username twitterku @riomecil paling yo"



Muahahaha entahlah-____-:))




Share
Tweet
Pin
Share
No comments
-->
Dua bulan berlalu setelah tugas majalah yang sangat seru itu, kami kelas 8E sedang berada di laboratorium TIK untuk pelajaran membuat video. Semua sibuk dengan komputer di hadapannya. Tak ada yang berbicara karena ini merupakan salah satu pelajaran favorit kami. Hanya ada suara mouse ketika anak meng-klik sesuatu pada monitor komputernya.
 Di tengah suasana yang hening itu, tiba-tiba terdengar suara pintu lab diketuk dari luar. Tanpa menunggu peng-iya-an dari Pak Kiki orang dari luar itu masuk ke dalam. Semua mata tertuju pada orang yang baru masuk itu, yang ternyata adalah Bu Dhatin, guru Seni Rupa. Bu Dhatin berjalan dengan wajah ganjil kearah Pak Kiki dan membisikkan sesuatu. Setelah itu dengan mengangguk Pak Kiki segera meninggalkan laboratorium. Suasana yang tadinya hening menjadi bertambah sunyi senyap karena segala keanehan itu. Tidak ada yang berani bicara.  Semua anak 8E menunggu apa yang akan terjadi. Akhirnya Bu Dhatin berdiri di tengah ruangan dan dengan suatu tarikan nafas panjang dan berat beliau mulai berbicara.
 “Assalamualaikum anak-anak. Saya mau memberitahukan sesuatu kepada kalian. Berita duka..” Kami mulai takut, berita duka apakah yang dimaksud Bu Dhatin tersebut?  Seakan semua menahan nafas, dan memasang posisi duduk lebih tegak dari sebelumnya, dan memasang wajah tegang. “Teman kalian yang bernama Lusi telah pulang ke hadapan-Nya….. Tadi pukul 10 dikarenakan penyakit leukimia. Innalillahiwainnalillahiroji’un.. Tolong dimaafkan dosanya dan tolong kalian doakan ya..”, ujar Bu Dhatin dengan wajah sangat sedih.
5 detik kemudian beliau masih berdiri di tengah ruangan, dan kemudian baru pergi. Setelah perginya Bu Dhatin dari ruangan, kami semua seperti belum bisa mencerna apa yang beliau ucapkan. Baru setelah Ayu berkata dengan suara pelan , “Apa? Lusi eh?”. Seakan kami semua merasakan hal yang sama, satu persatu pun mulai meneskan air mata, banyak sekali. Terutama anak perempuan. Kini ruangan pun berubah menjadi gaduh. Dada kami sesak, ini semua bagaikan suatu cuplikan babak dari  adegan sebuah film atau sinetron yang ada di televisi. Tapi ini nyata kawan, bukan novel ataupun film.  Dada kami sesak, mengingat segala hal buruk yang telah kami katakan mengenainya. Tuduhan buruk ketika ia tidak masuk sekolah, padahal sebenarnya dia memiliki suatu penyakit ganas di dalam tubuhnya. Bahkan tidak ada satupun dari kami yang mengetahuinya, betapa hinanya kami. Kanker.. Leukemia.. itu merupakn suatu penyakit paling mematikan di muka bumi dan tidak bisa disembuhkan. Kemana saja kami semua di saat-saat Lusi seharusnya membutuhkan pendampingan dan dukungan yang luar bisa dari orang lain. Meningat semua itu, tangis kami makin keras saja. Innalillahiwainnalillahiroji’un.. Tak ada lagi sesosok kurus berambut coklat kemerahan yang cuek dan tak peduli apa kata kakak kelas terhadapnya. Tak ada lagi sesosok yang suka memasang earphone di telinganya walaupun pelajaran sedang berlangsung. Tak ada lagi sesosok yang sangat mengidolakan Jagad ‘Mahagita’ sampai rela datang ke EBS di depan SMPN 6 Surabaya tiap hari sepulang sekolah, sampai menambahkan embel-embel “Mahagita” pada akun Facebook-nya. Tak ada.. Innalillahi….
                Sepulang sekolah semua anak kelas 8E melayat ke rumah Lusi. Termasuk Lita yang di sepanjang perjalan masih berkaca-kaca matanya. Tak lama kedatangan kami di rumah almarhumah, Mbak Chita dan kawan-kawannya juga datang. Mungkin mereka merasa bersalah atas apa yang mereka lakukan selama ini terhadap Lusi.
                Di sana almarhumah sedang dimandikan. Sesudah itu, keluarga mengizinkan kami untuk melihat almarhumah Lusi untuk yang terakhir kalinya. Ada beberapa anak yang mau masuk, ada beberapa yang tidak tega dan memilih menunggu di luar saja. Aku termasuk salah satu yang masuk ke rumah almarhumah. Di dalam tubuh Lusi terbaring di kasur putih. Terbungkus sarung kecuali bagian wajanya. Entah mengapa wajahnya terliht lebih bersinar. Setelah mendoakannya dalam hati, aku dan beberapa teman segera keluar. Aku pun teringat salah satu quote pernah kulihat dan kubaca ‘Seseorang baru terasa berarti ketika orang itu tidak ada’. Selamat jalan Lusi…
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Satu lagi kelakuann yang menonjol dari Lusi ini. Dia sering tidak masuk kelas! Sehari masuk, dua hari tidak. Atau sebaliknya. Tentu saja image-nya semakin negatif karena hal itu. Tak jarang anak-anak menjadikan hal itu bahan taruhan sebelum bel kelas berbunyi.
“Ayo taruhan ta, tak tebak hari ini Lusi gak masuk!!”, teriak Vanda tiba-tiba.
“Aku nebak masuk!”, kataku.
“Aku juga!!!!”, Dena menyetujui ucapanku.
“Oke kalo gitu aku nebak dia gak masuk. Yang kalah traktir es teh ya!”, sahut Lita.
“Okeee!!!”
Yang terjadi adalah Lusi tidak masuk pada hari itu, jadilah aku mentraktir dua temanku yang lain walaupun sebenarnya itu bukanlah hadiah kalah taruhan. Kami hanya bercanda.
Seiring dengan berjalannya waktu sampai kelas delapan ini, aku tak tahu bagaimana asal-usulnya Lita tiba-tiba bisa sangat akrab dengan Lusi. Padahal dia dulu adalah anak yang paling semangat kalau membicarakan hal buruk dari anak itu. Tak jarang terlihat mereka berdua makan bareng bekal yang mereka bawa. Mungkin Lita sudah mendapat hidayah dari Tuhan Yang Maha Esa agar tidak berbuat tercela kepada orang lain. Hahahahaha
Dan sampai sekarang orang yang paling dekat dengan Lusi siapa lagi kalau bukan Lita. Suatu saat aku ingin menanyakan mengenai sikapnya yang berubah drastis itu, tetapi kuurungkan. Aku pikir mungkin lebih baik begitu. Dan dengan aku mengajukan pertanyaan seperti itu mungkin akan sedikit menyinggung perasaan. Tapi sayang sekali di kelas delapan ini mereka tidak sekelas. Lusi pun senang menyendiri lagi. Menurutku dia adalah jenis orang yang sukar beradaptasi, tetapi dia juga cuek dan tidak peduli terhadap apa kata orang yang berbicara tentang dirinya.
Hari pertama di kelas delapan berlalu sangat menyenangkan. Begitu juga dengan hari hari berikutnya. Sebenarnya pada hari-hari pertama anak-anak di kelas 8E ini terbagi menjadi dua kubu dan saling tidak menyukai. Kubu yang pertama dari kelas 7D dan yang kedua 7E. Tapi lama-kelamaan kami bisa berpikir dewasa dan  bisa menerima satu sama lain. Tetapi yang tetap adalah kelakuan si Lus ini. Sering absen tetap menjadi kebiasaannya. Hampir satu kelas risih dengan sikapnya yang satu itu. Jelas kami semua tak habis pikir..
Hari ini, suatu hari di pertengahan bulan Mei di pelajaran TIK. “Anak-anak kalian mendapat tugas majalah. Mengenai pembagian kelompok sudah saya tentukan sendiri seperti yang tertulis di papan tulis ya. Harus sudah selesai sebulan ke depan!”, seru Pak Kiki begitu masuk kelas. Aku hanya bisa menghembuskan nafas pasrah ketika menoleh ke whiteboard, karena disana tertulis aku sekelompok dengan Lusi. Selain Lusi ada juga Laras dan Deva yang tidak bermasalah. Tiap-tiap kelompok pun saling berkumpul untuk berdiskusi.
“Ayo, kita harus nentuin ketua dulu nih”, kata Laras.
“Iya! Dinda aja!”, sahut Debi.
“Weee males-males. Kok aku-_-”,  aku keberatan.
“Udahlaah gapapa, kamu kan anak JAWS”, ujar Laras.
“Loalah yaudah deh”, aku pasrah.
Aku pun segera mebagi tugas dan menentukan bahwa deadline-nya adalah seminggu sebelum deadline sebulan dari Pak Kiki itu. Karena pasti membutuhkan waktu untuk mengedit dan mencetak.
Pengerjaan tugas itu berlangsung lancar-lancar saja. Hingga pada  hari deadline Lusi tidak masuk sekolah. Tentu saja kami sangat kebingungan karena lusa  mejalah tersebut sudah harus masuk ke percetakan. Laras yang selalu kaya pulsa di handphone-nya pun langsung menelepon anak itu.
“Lus kamu dimanaaaaa? Tuga TIK yaapa ini?”
“Aku sakit. Besok aja ya. Tapi aku gak janji selesai semua.”
“Loalah cepet sembuh ya. Usahain juga ya. Assalamualaikum”
Setelah tetefon ditutup kami bertiga langsung berbicara hampir bersamaan. “Lho yoopo seeeeh!!!!!!!!!“. Bagaimana tidak, kemana saja dia selama ini sampai pada hari deadline belum selesai. Toh kita bertiga saling membantu. Karena takut besok Lusi tidak bisa menyelesaikakn tugasnya, kami bertiga pun mengerjakan beberapa tugasnya.
Keesokan harinya ketika jam pelajaran ke-empat sehabis istirahat aku, Laras dan Deva dipanggil ke ruang guru oleh wali kelas kami.
“Ada apa Bu?”, tanyaku begitu sudah ada di hadapan Bu Esti, wali kelas 8E.
“Begini. Saya tadi mendapat telefon dari Ibunya Lusi. Katanya Lusi gak mau masuk sekolah soalnya ada tugas TIK banyak yang harus dikumpulkan hari ini. Saya dengar kalian kelompoknya?”
“Lho, kami gak bilang begitu, Bu. Tugas itu dari 2 minggu yang lalu dan deadline-nya kemarin.  Saya dengar dia sakit jadi kami cuma minta agar dia mengusahaknnya. Malah kami mengerjakan beberapa tugasnya Bu”, sanggahku.
“Saya tidak tahu. Tadi orang tuanya bilang begitu. Jangan sampai hal seperti ini terulang lagi. Soalnya kalau berurusan dengan orang tua memang ribet. Sekolah tidak mau terkena masalah”, ujar Bu Esti Kanawa.
“Iya Bu.”, kata kami bertiga serempak sambil berlalu meinggalkan ruang guru. “Duuuuh Lusi itu maunya apaseeeeh” “Iyaaapek udah dibantu kenapa kok malah gitu. Gini ini kan nama kita jadi jelek” “Iya huuh. Kesannya kita jahat banget gitu. Yawes ayo gak usah dipikirin”.
Dua hari setelah kejadian itu Lusi kembali masuk sekolah dan mengumpulkan tugas TIK majalah yang tentu saja kurang. Untung saja beberapa tugasnya sudah kami kerjakan. Akhirnya tugas majalah pun sukses dan selesai, walaupun pengumpulannya sedikit terlambat.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Baru.
Ya, ketika sesuatu berakhir, pasti ada sesuatu baru dimulai. Entah sesuatu yang baru itu kita sukai atau tidak, pastilah kita harus dapat menerima, kan? Pertanyaan retoris memang, karena jawabannya pasti iya.  Aku pun merenung mengingat besok adalah hari pertamaku menjadi 8th grader. Kabarnya penempatan kelas baru ini benar-benar acak, sehingga bisa saja aku sekelas dengan anak yang sangat tak dekat denganku, atau bahkan tak kenal sama sekali. Sebenarnya bukan masalah yang besar sih, hanya sekedar memikirkan saja. Sesuatu yang baru memang butuh adaptasi. Akhirnya sebelum tidur, aku membatin, “Bismillah aja lah.”
Keesokan harinya aku berangkat dengan perasaan yang biasa saja. Ketika sampai dikelas baru, aku terkejut melihat orang-orang yang ada di dalamnya. Ternyata teman-teman kelasku selama setahun ke depan ini tidak benar-benar berbeda dari sebelumnya. Setengah dari siswa kelas itu adalah temanku dikelas yang lama, setengah yang lainnya dari kelas sebelah yang beberapa juga sudah kukenal.
“Din! Din! Sini!”, teriak Rani temanku dari bangku ketiga di tengah kelas, sambil menunjuk bangku kosong di sebelahnya. Aku yang sebelumnya memandang ke seluruh kelas pun langsung berjalan ke arahnya dengan wajah nyengir. Setelah duduk tepat di sebelah Rani, kulanjutkan pengamatanku ke kelas baru ini. Tak hanya orang-orangnya, namun juga kondisi fisik kelas. Kulihat ada Bima, Niko, Fani, Vanda, dan yang lainnya. Di pojok belakang kelas ada seorang perempuan yang duduk sendirian sambil bermain HP. Tentu saja aku kenal perempuan itu, karena dia termasuk teman sekelasku juga di kelas 7. “Masih tetap weird ternyata”, batinku dalam hati. Aku pun teringat setahun lalu, hari pertama menjadi seorang siswa kelas 7, di kelas 7D.


*****

Dua orang yang ada di depanku pun membalikkan tubuhnya ke belakang. “Lihat deh anak itu yang rambutnya hasil rebondingan yang kayak sapu itu! Aneh banget pek kelakuannya!’, ucap Lita memulai pembicarann. “Itu ta?”, tanyaku. “Oalah anak ituu, iya pek. Dia kan waktu MOS se-gugus sama aku, terus dia lho sering dimarahi sama senior soalnya mainan HP. Terus pas dimarahin gitu wajahnya gaenak banget, kayak nantang gitu”, kata Dena. “Gerak geriknya aneh gak sih? Kayak ngganjel gitu”, timpal Vanda yang duduk di sebelah Dena. Dalam hati aku pun menyetujui semua yang dikatakan teman baruku itu, karena memang tingkah laku anak berkulit sawo matang itu memang janggal. Aku pun bertanya,”Sapa namanya eh?”, “Anak itu ta? Lusi namanya.”

*******

Aku pun tersadar dari lamunannku ketika ditegur oleh Rani. Tapi aku tetap memikirkan si Lusi itu. Dari kelas 7 aku memang tak dekat dengannya. Aku tak tahu siapa yang salah, yang jelas dia memang senang menyendiri. Dulu sempat suatu hari aku mencoba untuk mmenyapanya dan memintanya kenalan, tapi jawabanynnya sangat dingin, dia hanya tersenyum terpaksa  dan mengucapkan sepatah kata saja, yaitu namanya. Belum lagi ketika mengucapkan satu kata itu, dia tak menoleh ke arahku sama sekali! Sedikit menyebalkan juga pikirku.
Rambut lurus rebondingnya itu lho! Menjadi bahan omongan banyak anak. Bahkan sampai kakak kelas terutama yang dari MOS sudah tidak suka dengannya. Dua bulan setelah MOS ada segerombolan anak kelas 8 datang ke kelasku dan bertanya yang tidak jelas kepada siapa karena keras nada bicaranya. “Eh, eh mana sih yang namanya Lusi?”, kata anak kelas 8 yang bernama Chita. Dido-lah yang menjawab pertanyaan itu karena posisinya paling dekat dengan mereka. “Itu, Mbak. Yang make earphone itu” “Oalaaaaaaah”, kata mereka sambil berlalu dan tertawa. Yang sedang diomongkan entah sadar atau tidak kalau dia sedang diomongkan. Karena dia tidak menoleh sama sekali ke arah pintu kelas, dan hanya tetap fokus pda HP-nya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
sebenernya ini tadi mau nulis tentang jualannya MPDK di S2LC hari ini lho. tapi aku tiba-tiba mikirin sesuatu ya yang jujur aja, ngebuat sedih.


waktu itu bener-bener bisa ngerubah seseorang ya. kalian pernah ngerasain perubahan di diri kalian gak selama ini? entah dari segi manapuuuun. aku masih inget banget gimana aku pas kelas 2 SD dulu. terus kelas 4, sekarang aku sadar itu pertama aku ngelamin perubahan yang bener-bener besar dan... kayaknya aku tau sebabnya. kelas enam.... SMP kelas satu... Sampai sekarang. 


perubahan itu fluktuatif kan emang. kadang baik tapi ya kadang jelek. dan aku gak suka yang jelek itu lho seriuuuus:'( aku juga tau kapan aku mulai jadi orang melankolis yang sensitif buanget dan bnrbnr takut sama apa yang dibilang orang tentang aku.. padahal dulu aku gak gini! :( sebenernya aku tau... itulah alesannya kadang aku puengen banget jadi psikolog.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

 

ini lhooo ada lagu bagus! ya biasa aja sih cuman easy listening gitu. terus terus liriknya dualeeem banget. walopun aku gak ngalamin tapi buat yang ngalain pasti ngena banget deh deh deh

http://www.youtube.com/watch?v=6AC-fZSaks4 

 

Forever and Always (Taylor Swift)

 



Once upon a time, I believe it was a Tuesday
When I caught your eye
And we caught onto something, I hold on to the night
You looked me in the eye and told me you loved me
Were you just kidding? 'Cause it seems to me

This thing is breaking down, we almost never speak
I don't feel welcome anymore
Baby, what happened? Please tell me
'Cause one second it was perfect
Now you're halfway out the door

And I stare at the phone and he still hasn't called
And then you feel so low, you can't feel nothin' at all
And you flashback to when he said, forever and always
Oh, oh

Oh, and it rains in your bedroom, everything is wrong
It rains when you're here and it rains when you're gone
'Cause I was there when you said forever and always

Was I out of line? Did I say something way too honest
That made you run and hide like a scared little boy?
I looked into your eyes, thought I knew you for a minute
Now I'm not so sure

So here's to everything, coming down to nothing
Here's to silence that cuts me to the core
Where is this going? Thought I knew for a minute
[ From: http://www.elyrics.net/read/t/taylor-swift-lyrics/forever-&-always-lyrics.html ]
But I don't anymore

And I stare at the phone and he still hasn't called
And then you feel so low, you can't feel nothin' at all
And you flashback to when he said forever and always
Oh, oh

Oh, and it rains in your bedroom, everything is wrong
It rains when you're here and it rains when you're gone
'Cause I was there when you said forever and always
You didn't mean it, baby, I don't think so
Oh, oh

Oh, back up, baby, back up, did you forget everything?
Back up, baby, back up, did you forget everything?

'Cause it rains in your bedroom, everything is wrong
It rains when you're here and it rains when you're gone
'Cause I was there when you said forever and always

Oh, I stare at the phone and he still hasn't called
And then you feel so low, you can't feel nothin' at all
And you flashback to when we said forever and always

And it rains in your bedroom, everything is wrong
It rains when you're here and it rains when you're gone
'Cause I was there when you said forever and always
You didn't mean it, baby, you said forever and always


*****



delem kan:>:>
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
“For me, to be a writer is to acknowledge the secret wounds that we carry inside us, the wounds so secret that we ourselves are barely aware of them, and to patiently explore them, know them, illuminate them, to own these pain and wounds, and to make them a conscious part of our spirits and our writing.”
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pernah gak sih kalian pengen ngungkapin sesuatu yang ada di pikiran kalian ke orang lain, tapi susaaaaaah banget? Aku sering lho.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

I love to sing and dance. A book lover. Homebody of some sort. Pretty ambitious.

Search This Blog

Follow Us

  • quora
  • linkedin
  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • Pertukaran pelajar
  • abroad

Blog Archive

  • March 2019 (2)
  • December 2017 (1)
  • June 2017 (3)
  • April 2017 (2)
  • March 2017 (3)
  • February 2017 (2)
  • July 2016 (1)
  • October 2015 (1)
  • September 2014 (1)
  • February 2014 (2)
  • January 2014 (1)
  • February 2013 (1)
  • December 2012 (2)
  • November 2012 (1)
  • October 2012 (7)
  • September 2012 (5)
  • August 2012 (4)
  • July 2012 (1)
  • June 2012 (3)
  • May 2012 (10)
  • April 2012 (2)
  • March 2012 (3)
  • February 2012 (2)
  • January 2012 (1)
  • December 2011 (5)
  • November 2011 (6)
  • October 2011 (4)
  • November 2010 (2)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates